Rabu, 24 April 2013

Makalah Sejarah KTN


BAB 1
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan agresi militer I. Tujuannya adalah untuk menguasai sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dariSurabaya untuk menduduki Madura. Dalam waktu singkat wilayah RI dapat diterobos. Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi militer I. Belanda tidak menyangka apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif.

Negara-negara ArabIndiaBurmaAustralia juga merupakan negara-negara yangpaling awal bersimpati pada RI. Dengan berbagai usaha diplomatik dan kerjasama internasional mereka membela perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dukungan mereka dan keterampilan delegasi Indonesia memperjuangkan hak kedaulatan bangsa berhasil menyudutkan Belanda dalam percaturan politik internasional. India dan Australia berhasil membawa masalah Indonesia ke Sidang Dewan Keamanan PBB.

2.      RUMUSAN
  1. Apa yang melatar belakangi timbulnya KTN (Konferensi Tiga Negara) ?
  2. Apa peranan KTN terhadap masalah yang terjadi antara Indonesia dan Belanda ?

3.      TUJUAN
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, khususnya para pelajar di bidang sejarah dan dapat memberikan informasi kepada kita tentang sejarah Konferensi Tiga Negara (KTN). Lalu dapat menjadi bahan ajaran siwa/siswi terutama dalam pelajaran sejarah. Serta sebagai salah satu mata rantai pergaulan kehidupan yang berbudaya dalam berbagai perspektif dan visi pendidikan secara umum.











BAB II
ISI

4.   RESOLUSI DK ( DEWAN KEAMANAN ) – PBB
Belanda bukan saja gagal total menjadikan perjuangan kemerdekaan Indonesiasebagai "masalah dalam negeri", tetapi juga harus menerima perantara internasional untuk menyelesaikan konflik dua bangsa. Dukungan untuk Indonesiamulai berdatangan. Dengan berbagai usaha diplomatik dan kerjasamainternasional mereka membela perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dukungan mereka dan keterampilan delegasi Indonesia memperjuangkan hak kedaulatan bangsa berhasil menyudutkan Belanda dalam percaturan politik internasional.Australia dan India mengajukan masalah Indonesia ini ke Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB mengeluarkan perintah penghentian tembak menembak. Pengumuman itu menandai berakhirnya agresi militer Belanda yang pertama. Perjuangan menarik dukungan Internasional lewat PBB telah diupayakan Indonesia dengan berbagai cara antara lain ;

Indonesia membantu Australia saat melakukan penyelidikan terhadap pembunuhan tentara Australia oleh serdadu Jepang. Bantuan Indonesia itu mengundang simpati Australia. Dukungan Australia terhadap RI tampak dalam kesediaan Australia menjadi anggota KTN (Komisi Tiga Negara) yang dibentuk PBB.
Puncak keberhasilan perjuangan menarik dukungan internasional lewat PBB adalah keluarnya Resolusi Dewan Keamanan PBB (28 Januari 1949) yang berisi :

1.      Penghentian operasi militer dari pihak Belanda serta perang gelilya dari pihakIndonesia.
2.      Pembebasan serta pengembalian para pemimpin RI ke Yogyakarta.
3.      Penyelenggaraan perundingan antara Belanda dan Indonesia dalam waktu dekat.
4.      Pembentukan Komisi PBB untuk Indonesia dengan tugas memperlancar perundingan Indonesia – Belanda.


5.      KTN ( KOMISI TIGA NEGARA )

Untuk mengawasi gencatan senjata, Pada tanggal 25 Agustus 1947 PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN ada tiga negara yaitu:
a. Belgia (dipilih oleh Belanda) dipimpin oleh Paul van Zeeland;
b. Australia (dipilih oleh Indonesia) dipimpin oleh Richard Kirby; dan
c.    Amerika Serikat (dipilih oleh Indonesia dan Belanda) dipimpin Dr. Frank Graham.

Tugas utama KTN adalah mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dengan demikian masalah Indonesia menjadi masalah internasional. Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan Indonesia.
KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville.
Kedatangan Komisi Tiga Negara (Committee of Good Offices) ke Indonesia.

Selain itu juga mengembalikan para pemimpin Republik Indonesia yang ditawan Belanda di Bangka. Sejak awal awal Belanda telah mempersulit tugas Komisi Tiga Negara. Pada tanggal 29 Agustus atau 4 hari setelah terbentuknya KTN, Belanda mengumumkan garis demarkasi baru yang dikenal sebagai "Garis Van Mook" (Van Mook Line) yang didasari dengan argumen bahwa daerah yang dianggap sebagai wilayah kekuasaan Belanda adalah yang berada di belakang pos-pos terdepan pasukan KNIL/KL. Padahal di belakang pos- pos yang merupakan benteng-benteng terpisah tersebut pasukan TNI dan kekuatan RIlainnya cukup leluasa untuk beroperasi. Konsep "Garis Van Mook" ditolak mentah-mentah oleh RI. Pada tanggal 27 Oktober 1947, Komisi Tiga Negara yang terdiri atas wakil Belgia (Paul van Zeeland), Australia (Richard Kirby) dan Amerika Serikat (Prof. Graham) mendarat di Jakarta. Konflik dengan Belanda selanjutnya dibawah pengawasan internasional.


5.1.       PERJANJIAN RENVILLE
                                       
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/                                                 sumber :http://www.google.co.id/
kapal Renville milik USA.                                                                  Suasana perjanjian Renville

KTN dapat mempertemukan wakil-wakil Belanda dan RI di meja perundingan yaitu di kapal Renville milik USA yang berlabuh di Tanjung Priok pada 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948. Delegasi Indonesia dipimpin oleh PM. Amir Syarifuddin. Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo. Penengah perundingan adalah KTN.

Isi persetujuan Renville adalah sebagai berikut:
  1. Belanda tetap berkuasa sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat
  2. RI sejajar kedudukannya dengan Belanda dalam Uni Indonesia Belanda.
  3. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
  4. RI merupakan Negara bagian dalam RIS.
  5. Dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk konstituante RIS.
  6. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda harus dipindahkan ke daerah RI.

Sebenarnya banyak pemimpin Negara RI menolak persetujuan Renville tersebut tetapi akhirnya mereka bersedia menyetujui. Hal tersebut dikarenakan adanya pertimbangan sebagai berikut:
  1. Persediaan amunisi yang menipis
  2. Adanya kepastian bahwa penolakan berarti serangan baru dari pihak Belanda secara lebih hebat.
  3. Adanya keterangan dari KTN bahwa itulah maksimum yang dapat mereka lakukan.
  4. Tidak adanya jaminan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat menolong.
  5. Bagi RI menandatangani persetujuan Renville merupakan kesempatan yang baik untuk membina kekuatan militer.
  6. Timbul simpati dunia yang semakin besar karena RI selalu bersedia menerima petunjuk KTN.

Akibat dari perjanjian Renville :
*      Wilayah Indonesia menjadi semakin sempit
*      Bagi kalangan politik, hasil perundingan ini memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi.
*      Bagi TNI, hasil perundingan ini menyebabkan sejumlah wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun harus ditinggalkan.
*      Muncul berbagai ketidak puasan akibat perundingan ini.
*      Sementara itu Belanda membentuk Negara-negara bonekanya yang terhimpun dalam organisasi BFO (Bijeenkomst voor Federal Overlg) yang disiapkan untuk pertemuan musyawarah federal.

Suasana perundingan melalui penengah KTN pada awal Desember 1948 memulai menemui jalan buntu. Pada tanggal 11 Desember 1948, Belanda mengatakan bahwa tidak mungkin lagi dicapai persetujuan antara kedua belah pihak. Empat hari kemudian Wakil Presiden Mohammad Hatta meminta KTN untuk mengatur perundingan dengan Belanda.
tetapi Belanda menjawab pada tanggal 18 Desember 1948, pukul 23:00 malam, bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan Persetujuan Renville. Lewat tengah malam atau tanggal 19 Desember 1948 pagi, tentara Belanda diterjunkan di lapangan terbang Maguwo, yang dikenal dengan istilah Aksi Militer Belanda II (2nd Dutch Military Action).

Reaksi internasional atas serangan Belanda terhadap Republik pada tanggal 19 Desember 1948 sangat keras. Negara-negara Asia, Timur Tengah dan Australiamengutuk serangan itu dan memboikot Belanda dengan cara menutup lapangan terbang mereka bagi pesawat Belanda. Dalam sidangnya pada tanggal 22 Desember 1948 Dewan Keamanan PBB memerintahkan penghentian tembak menembak kepada tentara Belanda dan Republik Inodnesia. Atas usul India dan Birma, Konferensi Asia mengenai Indonesia diadakan di New Delhi pada tanggal 20 Desember 1949. Amerika Serikat, Kuba, dan Norwegia mendesak Dewan Keamanan untuk membuat resolusi yang mengharuskan dilanjutkannya
perundingan.

Pada tanggal 24 Januari 1948, Konferensi Asia di New Delhi mengirimkanresolusi kepada Dewan Keamanan PBB, yang antara lain menuntut dipulihkannyaPemerintah Republik ke Yogyakarta; dibentuknya Pemerintahan Interim; ditariknyatentara Belanda dari seluruh Indonesia; dan diserahkannya kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat, pada tanggal 1 Januari 1950.
Atas usul Amerika Serikat, Tiongkok, Kuba, dan Norwegia, pada tanggal 28Januari
1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mengharuskan keduabelah pihak menghentikan permusuhan, dipulihkannya pemerintah pusat RepublikIndonesia ke Yogyakarta; dilanjutkannya perundingan; dan diserahkannya kedaulatan kepada Indonesia pada waktu yang disepakati.

Suasana Konferensi Asia di new DelhiIndia yang mendesaknya PBB untuk kembali mengeluarkan resolusinya.

Resolusi Dewan Keamanan PBB ini memberikan peluang baru bagi KTN untukkembali aktif menangani Indonesia - Belanda. KTN mendesak Belanda agar paratawanan dibebaskan. Anggota KTN juga datang ke Bangka mengunjungi pemimpin Republik yang ditahan di sana.




5.2.       PERJANJIAN ROEM ROYEN
                        
Sumber : http://www.google.co.id/                                         sumber :http://www.google.co.id/
suasana perjanjian Reom Royen                                          Mr. Moh. Roem (kiri) dan Van Royen (kanan)

Lalu pada  tanggal 23 Maret 1949 KTN yang diminta Dewan Keamanan PBB agar membantu kedua belah pihak untuk melakukan perundingan berdasarkan resolusitanggal 28 Januari 1949, telah tiba di Jakarta. Dua hari kemudian delegasi Republik yang dipimpin Mr. Mohammad Roem bertemu dengan delegasi Belanda dibawah Van Royen di Hotel Des Indes, Jakarta. Merle Cochran dari KTN bertindak sebagai penengah.
Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang cukup keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas dari kemampuan pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan realita di PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari Agresi Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations Commission for Indonesia. UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB adalah Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement.


Perundingan berjalan alot, sehingga memerlukan kehadiran Mohammad Hatta
dari Bangka dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari YogyakartaSetelah hampir tiga minggu berunding, maka pada tanggal 7 Mei 1949 kedua delegasi sepakat untuk mengeluarkan pernyataan masing-masing pihak, yang kemudian dikenal sebagai Pernyataan Roem-Royen (Roem-Royen Statement). Masalah terpentingdari penyataan itu adalah kesediaan Belanda untuk mengembalikan Pemerintah Republik ke Yogyakarta.

Pada tanggal 1 Agustus 1949 Rapat gabungan komisi militer (Republik - Belanda - BFO dan UNCI) bersepakat untuk segera menghentikan permusuhan, mengadakan gencatan senjata dan mengembalikan kota-kota yang telah diduduki Belanda ke tangan Republik Indonesia. Pada tanggal 3 Agustus 1949 pukul 8 malam, melalui RRI, Presiden Soekarno memerintahkan Angkatan Perang RI untuk menghentikan tembak-menembak dengan tentara Belanda. Pada saat yang bersamaan Wakil Tinggi Mahkota Belanda di Indonesia,
Lovink, mengumumkan hal yang sama melalui radio di Jakarta.

Karena penghentian tembak-menembak antara kedua belah pihak harus mulaiberlaku sejak 11 Agustus untuk seluruh wilayah Jawa, dan 17 Agustus 1949 untukSumatra, maka para komandan lapangan harus pula segera mengadakan pembicaraan baik melalui Panita Bersama Pusat, maupun Komite Daerah, untuk mengatur segi-segi teknis penghentian tembak-menembak, dibantu oleh PBB/UNCI. Sambil menunggu hasil perundingan Konferensi Meja Bundar, tentara Belanda mulai ditarik.

Dengan penghentian tembak-menembak kehidupan ekonomi mulai bergerakkembali. TNI mulai masuk kota. Dimana-mana mereka disambut rakyat dengan gembira dan penuh perasaan haru. Rakyat selanjutnya dapat merayakan peringatan HUT RI tanpa rasa takut. Suasana baru telah mulai dirasakan. Kedatangan Bung Karno dan para pemimpin lainnya di Jakarta mulai dinantikan.

BAB IV
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan aksi polisionil yang dikenal dengan agresi militer I. Agresi ini menguasai sarana-sarana vital di Jawa dan Madura. Jadi tujuan serangan ini bersifat ekonomis. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura. Dalam waktu singkat wilayah RI dapat diterobos Berbagai reaksi bermunculan akibat agresi tersebut. Belanda tidak menyangka apabila Amerika Serikat dan Inggris memberikan reaksi yang negatif. Negara-negaraArabIndiaBurmaAustralia juga merupakan negara-negara yang paling awal bersimpati pada RI. Dengan berbagai usaha diplomatik dan kerjasamainternasional mereka membela perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka membawa masalah ini ke PBB sehingga dibentuklah KTN (Konferensi Tiga Negara) pada tanggal 25 Agustus 1947 dan mulai bekerja oktober 1947 untuk mengawasi secara langsung penghentian tembak-menembak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB.

Peranan KTN sendiri dalam mengatasi masalah antara Indonesia – Belanda adalah KTN selalu menjadi penengah yang bijaksana dalam perundingan-perundingan yang diadakan guna menghentikan agresi Belanda. Secara diplomatis jelas sangat menguntungkan Indonesia. KTN berhasil mempertemukan Indonesia dengan Belanda dalam Perjanjian Renville. KTN selalu memberikan petunjuk-petunjuk kepada RI sehingga timbul simpati dunia yang semakin besar karena RI selalu bersedia menerima petunjuk KTN. KTN juga mendesak Belanda agar para tawanan dibebaskan. Anggota KTN juga datang ke Bangka mengunjungi pemimpin Republik yang ditahan di sana. Akhirnya karena perjuangan RI dan KTN, mereka dapat mengembalikan para pemimpin RepublikIndonesia yang ditawan Belanda di Bangka.

  1. SARAN

"Kedaulatan Negara" yang menjadi obsesi kita semua. Kita dapat mengambil pelajaran dari Agresi Militer yang dilakukan Belanda, itu artinya kita khususnya pelajar sebagai penerus bangsa yang nantinya akan membentengi Indonesia. Namun, upaya untuk sampai ke arah itu, hanya sebatas retorika dan ketentuan formal. Rasa nasionalisme memang simbol yang diperlukan khususnya pelajar.Namun selama ini penerapannya banyak yang melenceng dari sasaran.

  1. KRITIK

Sedangkan kritik bagi kita semua adalah untuk lebih memperhatikan lebih detail lagi mengenai sejarah bangsa terutama KTN (Konferensi Tiga Negara) yang sudah jarang kita ketahui. Selain itu kita sebagai para pelajar wajib meneruskan perjuang para pahlawan kita untuk terus mengharumkan nama bangsa.

          Daftar Pustaka

Kansil, C.S.T. 1997. IPS Sejarah Jilid 3 Untuk SLTP Kelas 3Jakarta: Erlangga.

Selasa, 23 April 2013

KISAH HACHIKO


KISAH HACHIKO


Seorang Profesor setengah tua tinggal sendirian di Kota Shibuya. Namanya Profesor Hidesaburo Ueno. Dia hanya ditemani seekor anjing kesayangannya, Hachiko. Begitu akrab hubungan anjing dan tuannya itu sehingga kemanapun pergi Hachiko selalu mengantar. Profesor itu setiap hari berangkat mengajar di universitas selalu menggunakan kereta api.. Hachiko pun setiap hari setia menemani Profesor sampai stasiun. Di stasiun Shibuya ini Hachiko dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang profesor kembali. Dan ketika Profesor Ueno kembali dari mengajar dengan kereta api, dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di stasiun. Begitu setiap hari yang dilakukan Hachiko tanpa pernah bosan.
Musim dingin di Jepang tahun ini begitu parah. Semua tertutup salju. Udara yang dingin menusuk sampai ke tulang sumsum membuat warga kebanyakan enggan ke luar rumah dan lebih memilih tinggal dekat perapian yang hangat.

Pagi itu, seperti biasa sang Profesor berangkat mengajar ke kampus. Dia seorang profesor yang sangat setia pada profesinya. Udara yang sangat dingin tidak membuatnya malas untuk menempuh jarak yang jauh menuju kampus tempat ia mengajar. Usia yang semakin senja dan tubuh yang semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal di rumah. Begitu juga Hachiko, tumpukan salju yang tebal dimana-mana tidak menyurutkan kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket tebal dan payung yang terbuka, Profesor Ueno berangkat ke stasun Shibuya bersama Hachiko.
Tempat mengajar Profesor Ueno sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi kesukaan dan kebiasaan Profesor untuk naik kereta setiap berangkat maupun pulang dari universitas.

Kereta api datang tepat waktu. Bunyi gemuruh disertai terompet panjang seakan sedikit menghangatkan stasiun yang penuh dengan orang-orang yang sudah menunggu itu. Seorang awak kereta yang sudah hafal dengan Profesor Ueno segera berteriak akrab ketika kereta berhenti. Ya, hampir semua pegawai stasiun maupun pegawai kereta kenal dengan Profesor Ueno dan anjingnya yang setia itu, Hachiko. Karena memang sudah bertahun-tahun dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar batu bara itu.

Setelah mengelus dengan kasih sayang kepada anjingnya layaknya dua orang sahabat karib, Profesor naik ke gerbong yang biasa ia tumpangi. Hachiko memandangi dari tepian balkon ke arah menghilangnya profesor dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,” saya akan menunggu tuan kembali.”

“Anjing manis, jangan pergi ke mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum tuan kamu ini pulang!” teriak pegawai kereta setengah berkelakar.

Seakan mengerti ucapan itu, Hachiko menyambut dengan suara agak keras,”guukh!”
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju-salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.

Di kampus, Profesor Ueno selain jadwal mengajar, dia juga ada tugas menyelesaikan penelitian di laboratorium. Karena itu begitu selesai mengajar di kelas, dia segera siap-siap memasuki lab untuk penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Profesor yang kebetulah lewat koridor kampus.

Tiba-tiba ia merasakan sesak sekali di dadanya. Seorang staf pengajar yang lain yang melihat Profesor Ueno limbung segera memapahnya ke klinik kampus. Berawal dari hal yang sederhana itu, tiba-tiba kampus jadi heboh karena Profesor Ueno pingsan. Dokter yang memeriksanya menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit jantung, dan siang itu kambuh. Mereka berusaha menolong dan menyadarkan kembali Profesor. Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Profesor Ueno meninggal dunia.
Segera kerabat Profesor dihubungi. Mereka datang ke kampus dan memutuskan membawa jenazah profesor ke kampung halaman mereka, bukan kembali ke rumah Profesor di Shibuya.

Menjelang malam udara semakin dingin di stasiun Shibuya. Tapi Hachiko tetap bergeming dengan menahan udara dingin dengan perasaan gelisah. Seharusnya Profesor Ueno sudah kembali, pikirnya. Sambil mondar-mandir di sekitar balkon Hachiko mencoba mengusir kegelisahannya. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba dengan kesetiaan anjing itu. Ada yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun tetap saja tidak bisa menghilangkan kegelisahannya.

Malam pun datang. Stasiun semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ. Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu. Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di antara para penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena Profesor Ueno tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemu dian , dan berhari-hari berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai menjadi kurus.

Para pegawai stasiun yang kasihan melihat Hachiko dan penasaran kenapa Profesor Ueno tidak pernah kembali mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya didapat kabar bahwa Profesor Ueno telah meninggal dunia, bahkan telah dimakamkan oleh kerabatnya.

Mereka pun berusaha memberi tahu Hachiko bahwa tuannya tak akan pernah kembali lagi dan membujuk agar dia tidak perlu menunggu terus. Tetapi anjing itu seakan tidak percaya, atau tidak peduli. Dia tetap menunggu dan menunggu tuannya di stasiun itu, seakan dia yakin bahwa tuannya pasti akan kembali. Semakin hari tubuhnya semakin kurus kering karena jarang makan.

Akhirnya tersebarlah berita tentang seekor anjing yang setia terus menunggu tuannya walaupun tuannya sudah meninggal. Warga pun banyak yang datang ingin melihatnya. Banyak yang terharu. Bahkan sebagian sempat menitikkan air matanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri seekor anjing yang sedang meringkuk di dekat pintu masuk menunggu tuannya yang sebenarnya tidak pernah akan kembali. Mereka yang simpati itu ada yang memberi makanan, susu, bahkan selimut agar tidak kedinginan.

Selama 9 tahun lebih, dia muncul di station setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun hari-hari itu adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas kebersihan stasiun tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak kemu dian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu sudah menjadi mayat. Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa sampai mati.

Warga yang mendengar kematian Hachiko segera berduyun-duyun ke stasiun Shibuya. Mereka umumnya sudah tahu cerita tentang kesetiaan anjing itu. Mereka ingin menghormati untuk yang terakhir kalinya. Menghormati sebuah arti kesetiaan yang kadang justru langka terjadi pada manusia.

Mereka begitu terkesan dan terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing itu mereka kemu dian membuat sebuah patung di dekat stasiun Shibuya. Sampai sekarang taman di sekitar patung itu sering dijadikan tempat untuk membuat janji bertemu. Karena masyarakat di sana berharap ada kesetiaan seperti yang sudah dicontohkan oleh Hachiku saat mereka harus menunggu maupun janji untuk datang. Akhirnya patung Hachiku pun dijadikan symbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai mati.


Spesies : Anjing
Ras : Akita Inu
Jenis kelamin : Jantan
Lahir : 10 November 1923
Dekat kota Ōdate, Prefektur Akita
Mati : 8 Maret 1935 (umur 12 tahun)
Shibuya, Tokyo
Makam : Museum Sains Nasional Jepang di Ueno, Tokyo.
Pemilik : Hidesaburō Ueno
Warna : Putih

"BUKAN HIDESABUROEISABURO UENO YANG MENEMUKAN HACHIKO, TAPI HACHIKOLAH YANG MENEMUKAN HIDESABURO UENO"

Kamis, 18 April 2013

Inilah Bahan Aditif Makanan Aman dan BerbahayaInilah Bahan Aditif Makanan Aman dan Berbahaya


Inilah Bahan Aditif Makanan Aman dan Berbahaya

Dalam perkembangan teknologi yang sangat pesat juga menyentuh kemajuan industri makanan. Perkembangan industri makanan sangat luar biasa. Saat ini dijumpai sangat banyak variasi dan jenis makanan dan minuman instan yang diproduksi dan menjadi konsumsi masyarakat modern. Teknologi industri makanan tidak terlepas dari penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman. Terdapat zat aditif yang aman, beresiko dan berbahaya. Masyarakat harus cermat dalam menmilih makanan dan minuman instan berkaitan dengan penambahan zat aditif tersebut.
Dalam membeli makanan, minuman atau obata-obatan sebaiknya  harus mencermati label yang terdapat dalam makanan tersebut. Isi kandungan komponen bahan-bahan yang tertera dalam label tersebut harus diketahui keamanan dan akibat yang bisa ditimbulkannya Selain kandungan utama makanan, minuman atau obat-obatan akan ditemukan komponen lain yang mengandungi berbagai bahan campuran.  Bahan-bahan campuran ini diberi nama aditif, contohnya, bahan-bahan campuran yang diberi nama huruf awal “E”, seperti E101 (Riboflavin), E123 (Amaranth), E211 (Natrium Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322 (Lesitin) dan sebagainya.
Dalam industri makanan modern saat ini diperlukan penggunaan teknologi pengawetan pangan  untuk membuat makanan menjadi tahan lama dan tetap berkualitas, Salah satu dari beberapa teknik pengawetan pangan adalah memberikan bahan tambahan pangan (BTP) untuk pengawetan, hal ini dilakukan dengan menambahkan suatu bahan kimia tertentu dengan jumlah tertentu yang diketahui memiliki efek mengawetkan dan aman untuk dikonsumsi manusia.
BAHAN ADITIF MAKANAN
Aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang berguna untuk meningkatkan kualitas, menambahkan kelezatan dan menjaga kesegaran makanan tersebut. Penggunaan aditif sebenarnya bermula sejak ribuan tahun lalu. Nenek moyang kita telah menggunakan garam untuk mengawet daging dan ikan, rempah untuk melezatkan makanan, dan cuka serta gula untuk menyimpan buah-buahan.
Departemen Kesehatan dan BPOM mengistilahkan Bahan aditif Makanan dengan BPT (Bahan Tambahan Pangan ). Bahan Tambahan Pangan adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan
Aditif yang bertindak sebagai pewarna telah digunakan untuk memberi warna kuning kepada mentega sejak dahulu kala. Penduduk Asia telah menggunakan sejenis sup atau makanan lainnya dengan pemberian bahan  mononatrium glutamat atau MSG, sejak 2.000 tahun lalu.
Manfaat Aditif Makanan
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan pengawet  adalah untuk menghambat pembusukan dan menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai antimikroba atau antioksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan enzim selain penyebab pembusukan pangan juga dapat menyebabkan orang menjadi sakit, untuk itu perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya.
Zat aditif makanan juga  untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut. eran sebagai antioksidan akan mencegah produk pangan dari ketengikan, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam. Antioksidan menekan reaksi yang terjadi saat pangan menyatu dengan oksigen, adanya sinar, panas, dan beberapa logam.
Berbagai manfaat Aditif Makanan diantaranya adalah
  1. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan. Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan. Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
  2. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan. Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking sodamembantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai
  3. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen.
  4. Untuk mempertahankan konsistensi produk. Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
  5. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi. Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
Aditif makanan
Aditif Makanan atau Pengawet pangan adalah upaya untuk mencegah, menghambat pertumbuhan mikroba yang terdapat dalam pangan. Pengawetan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penggunaan suhu rendah, suhu tinggi, iradiasi atau dengan penambahan bahan pengawet (BTP Pengawet). Produk-produk pangan dalam kemasan yang diproses dengan panas atau disebut sterilisasi komersil seperti kornet dalam kaleng atau susu steril dalam kemasan tetrapak tidak menggunakan bahan pengawet karena proses termal sudah cukup untuk memusnahkan mikroba pembusuk dan patogen. Produk-produk ini akan awet lebih dari setahun meskipun disimpan pada suhu kamar.
Beberapa produk pangan dalam kemasan yang menggunakan bahan pengawet, misalnya kecap, sambal, selai dan jem dalam botol. Kedua jenis produk ini setelah dibuka biasanya tidak segera habis, sehingga supaya awet terus pada suhu kamar maka produk ini membutuhkan bahan tambahan pangan pengawet. Agen-agen penstabil dan pemekat seperti garam alginat dan gliserin membuat makanan dan tekstur obat-obatan menjadi rata dan lembut. Agen penghalang kerak memastikan makanan yang berbutir seperti garam dan gula sentiasa berberai. Aditif bermanfaat untuk menawetkan dan meningkatkan nilai nutrisi makanan. Contohnya, vitamin dan bahan galian dicampurkan ringan seperti susu, tepung, dan margarin untuk menciptakan sumber makanan yang seimbang. Aditif yang tergolong bahan pengawet digunakan bagi tujuan pengawetan mengawetkan makanan dalam keadaan baik dan tahan lama. Bahan pengawet seperti garam nitrat dan nitrit amat penting bagi melindungi makanan jenis daging agar terhindar dari ulat dan bakteria clostridium, botulidium mikroorganisma penyebab botulisme atau keracunan makanan.
Antioksidan seperti vitamin C dan vitmain E ternyata dapat mencegah lemak dan minyak di dalam sediaan makanan menjadi masam atau tengik. Antioksidan ini juga digunakan untuk membuat warna isi buah-buahan yang siap dipotong menjadi tahan lama. Tanpa agen antioksidan, warna isi buah epal dengan mudah berubah menjadi hitam dan pucat.
Aditif juga digunakan untuk menaikkan bahan makanan yang dimasak seperti cake dan roti. Bahan penyedap seperti rempah ratus (halia dan bunga cengkih) dan bahan kimia sintetik (monosodium glutamat; MSG) digunakan melezatkan makanan. Bahan pewarna juga sering dicampurkan ke dalam makanan, Contoh bahan pewarna ialah FD&C Yellow No.6 yang digunakan di dalam minuman, makanan ringan dan roti. Bahan pemutih digunakan untuk memutihkan makanan seperti agar-agar dan obat-obatan yang mudah berubah warna terutama ketika di dalam penyimpanan.
PENGAWASAN PENGGUNAAN
Jenis dan jumlah pengawet yang diijinkan untuk digunakan telah dikaji keamanannya. Indonesia menganut  Standarisasi internasional yang ditetapkan Codex Alimentarius Commission (CAC). Forum CAC (Codex Alimentarius Commission) merupakan organisasi perumus standar internasional untuk bidang pangan.
Berbagai produk dan industri makanan yang ada dsi Indonesia harus dibuat berdasarkan CODEX Alimentarius Commission, badan standar makanan internasional. Menurut Permenkes No.722/1988, bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam makanan dalam kadar tertentu adalah Asam Benzoat, Asam Propionat. Asam Sorbat, Belerang Dioksida, Metil p-Hidroksi Benzoat, Kalium Benzoat, Kalium Bisulfit, Kalium Meta Bisulfit, Kalium Nitrat, Kalium Nitrit, Kalium Propionat, Kalium Sorbat, Kalium Sulfit, Kalsium Benzoit, Kalsium Propionat, Kalsium Sorbat, Natrium Benzoat, Metil-p-hidroksi Benzoit, Natrium Bisulfit, Natrium Metabisulfit, Natrium Nitrat, Natrium Nitrit, Natrium Propionat, Natrium Sulfit, Nisin dan Propil-p-hidroksi-benzoit
BAHAN ADITIF ALAMI DAN SINTETIS
Aditif dapat berasal dari sumber alami, contohnya lesitin daripada kacang soya dan jagung atau serbuk pewarna bit daripada lobak bit. Aditif sintetik pula dihasilkan melalui tindak balas kimia. Keaslian aditif sintetik mudah dikenal dalam pembuatan dan pemrosesan bahan makanan tersebut.
BAHAYA BAHAN ADITIF MAKANAN KESEHATAN
Beberapa aditif yang dikaitkan dengan efek samping yang kurang baik adalah pewarna FD&C Yellow No.5 atau tartazin. Tartazin (E102)dilaporkan menyebabkan gatal-gatal kulit yang amat sangat (urticaria) serta pembengkakkan sesetengah tisu lembut seperti kelopak mata, bibir, lidah dan tangan. Namun demikian, gangguan tersebut hanya didapatkan pada 1% dari penggunanya. Oleh sebab itu, penggunaan tartazin tidak dilarang dan maíz diijinkan. Tetapi sebaiknya kandungan zat tersebut seharusnya disertakan dalam label makanan tersebut.
Bahan pemanis berkalori rendah aspartam, pernah dilaporkan membawa kesan camping yang tidak baik bagi penggunanya. Namur sampai saat ini FDA maíz Belem bisa membuktikan bahaya bahan makanan tambahan tersebut. Demikian juga halnya dengan sesetengah aditif makanan yang dicampurkan ke dalam makanan ringan untuk kanak-kanak dan remaja.
Bahan Aditif yang sering mendapat perhatian paling sering adalah monotorium glutamat (MSG). Pada mulanya, bahan ini didapatkan dari sejenis rumput laut.
  • Garam atau NaCl Telah berabad lampau digunakan hingga saat ini sebagai bahan pengawet terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Produk pangan hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar. Ikan pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk pangan yang diawetkan dengan garam.
  • Gula atau sukrosa Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet khususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman dalam larutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakan salah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam juga menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Dendeng, manisan basah dan atau buah kering merupakan contoh produk awet yang banyak dijual di pasaran bebas.
  • Cuka buah atau vinegar Merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mengawetkan daging, asyuran maupun buah-buahan. Acar timun, acar bawang putih, acar kubis (kimchee) merupakan produk pangan yang diawetkan dengan penambahan asam atau cuka buah atau vinegar. Data pengaturan bahan pengawet dari Codex Alimetarius Commission (CAC), USA (CFR), Australia dan New Zealand (FSANZ) tercatat 58 jenis bahan pengawet yang dapat digunakan dalam produk pangan. Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1988 telah mengatur sebanyak 26 jenis bahan pengawet.
Pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan
Bahan PengawetProduk PanganPengaruh terhadap Kesehatan
Ca-benzoatSari buah, minuman ringan, minuman anggur manis, ikan asinDapat menyebabkan reaksi merugikan pada asmatis dan yang peka terhadap aspirin
Sulfur dioksida (SO2)Sari buah, cider, buah kering, kacang kering, sirup, acarDapat menyebabkan pelukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi
K-nitritDaging kornet, daging kering, daging asin, pikel dagingNitrit dapat mempengaruhi kemampuan sel darah untuk membawa oksigen, menyebabkan kesulitan bernafas dan sakit kepala, anemia, radang ginjal, muntah
Ca- / Na-propionatProduk roti dan tepungMigrain, kelelahan, kesulitan tidur
Na-metasulfatProduk roti dan tepungAlergi kulit
Asam sorbatProduk jeruk, keju, pikel dan saladPelukaan kulit
NatamysinProduk daging dan kejuDapat menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan pelukaan kulit
K-asetatMakanan asamMerusak fungsi ginjal
BHADaging babi segar dan sosisnya, minyak sayur, shortening, kripik kentang, pizza beku, instant teasMenyebabkan penyakit hati dan kanker.
FDA mensyaratkan kepada produsen pangan untuk membuktikan bahwa pengawet yang digunakan aman bagi konsumen dengan mempertimbangkan :
  • Kemungkinan jumlah paparan bahan pengawet pada konsumen sebagai akibat mengkonsumsi produk pangan yang bersangkutan.
  • Pengaruh komulatif bahan pengawet dalam diet.
  • Potensi toksisitas (termasuk penyebab kanker) bahan pengawet ketika tertelan oleh manusia atau binatang.
Tips dan Rekomendasi memilih makanan yang aman :
  • Pilih pengawet yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di Badan POM RI.
  • Pilih produsen makanan yang berskala internasional, bila produsennya tidak dikena sebaiknya harus cermat dalam meneliti label yang ada. Seringkali produsen tidak mencantumkan kandungan bahan aditif sebenarnya dalam labelnya.
  • Bacalah takaran penggunaannya pada label.
  • Gunakan dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.
  • Membaca dengan cermat label produk pangan yang dibeli serta mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan yang menggunakan bahan pengawet.
50 Bahan Makanan Yang sebaiknya dihindari
FOOD ADDITIVES WHICH MAY CAUSE PROBLEMS
COLOURS
Artificial coloursAllura red AC 129Amaranth 123Azorubine, carmoisine 122Brilliant Black BN 151Brilliant Blue FCF133
Brown HT, chocolate brown 155
Erythrosine 127
Green S, food green, acid brilliant green 142
Indigotine, indigo carmine 132
Ponceau, brilliant scarlet 4R 124
Quinoline yellow 104
Red 2G 128 *
Sunset yellow FCF 110
Tartrazine 102
Yellow 2G 107
Natural colourAnnatto, bixin, norbixin 160b
PRESERVATIVES
Sorbic acidsCalcium sorbate 203Potassium sorbate 202Sodium sorbate 201Sorbic acid 200Benzoic acidsBenzoic acid 210Calcium benzoate 213Potassium benzoate 212Sodium benzoate 211
Sulphites(sulfites)Calcium hydrogen sulphite 227*Calcium sulphite 226*Potassium bisulphite 228Potassium metabisulphite 224Potassium sulphite 225
Sodium bisulphite 222
Sodium metabisulphite 223
Sodium sulphite 221
Sulphur dioxide 220
AntioxidantsButylated hydoxyanisole (BHA) 320Butylated hydroxytoluene (BHT) 321Dodecyl gallate 312Octyl gallate 311Propyl gallate 310
tert-Butylhydroquinone (TBHQ) 319
Propionic acidsCalcium propionate 282Potassium propionate 283Propionic acid 280Sodium propionate 281Nitrates & nitritesPotassium nitrate 252Potassium nitrite 249Sodium nitrate 251Sodium nitrite 250
FLAVOUR ENHANCERS AND ADDED FLAVOURS
GlutamatesCalcium dihydrogen diLglutamate 623Disodium guanylate 627Disodium inosinate 631L-Glutamic acid 620Hydrolysed vegetable protein, vegetable protein, yeast extract
Magnesium di-L-glutamate 625
Monoammonium L-glutamate 624
Monopotassium glutamate 622
Monosodium glutamate (MSG) 621
Sodium 5′ ribonucleotide 635
Added flavoursmany
disadur dari  Clarke, L and others, Dietitians Association of Australia review paper: ‘The dietary management of allergy and food intolerance in adults and children’, Aust J Nutr & Diet (1996) 53:3; Royal Prince Alfred Hospital Allergy Unit, ‘The Simplified Elimination Diet’, available from dietitians; Dengate, S ‘Fed Up’, Random House, 1998; and Swain A and others, ‘Friendly Food’, Murdoch Books, 1991
Bahan Aditif Makanan Brerdasarkan Kode
Pewarna
  • 100     Turmeric or curcumin, yellow
  • 101     Riboflavin, lactoflavin, vitamin B2, yellow, failsafe
  • 102     Tartrazine, yellow #5 DIHINDARI                                                                      
  • 103     Alkanet, pink
  • 104     Quinoline yellow DIHINDARI
  • 107     Yellow 2G DIHINDARI
  • 110     Sunset yellow DIHINDARI
  • 120     Cochineal or carmines, red
  • 122     Azorubine, carmoisine DIHINDARI
  • 123     Amaranth DIHINDARI
  • 124     Ponceau 4R, brilliant scarlet DIHINDARI
  • 127     Erythrosine DIHINDARI
  • 128     Red 2G DIHINDARI
  • 129     Allura red DIHINDARI
  • 132     Indigotine, indigo carmine DIHINDARI
  • 133     Brilliant blue DIHINDARI
  • 140     Chlorophyll
  • 141     Chlorophyll-copper
  • 142     Food green S, acid brilliant green DIHINDARI
  • 150     Caramel
  • 151     Brilliant black BN DIHINDARI
  • 153     Carbon black, vegetable carbon
  • 155     Brown HT, chocolate brown DIHINDARI
  • 160a   Beta-carotene (failsafe)
  • 160     Carotene 
  • 160b   Annatto extracts, bixin, norbixin DIHINDARI
  • 160e   beta-apo-8′ carotenal (new)
  • 160f    E-apo-8′ carotenoic acid (new)
  • 160e and 160f are too new to have been tested for behavioural toxicity. They might be safe like betacarotene (160a) or harmful like annatto (160b).
  • 161     Xanthophylls, yellow
  • 161g   canthaxanthin
  • 161I    citranaxanthin
  • 162     Beet red
  • mengandung sodium nitrate (preservative 251) lebih  25 mg/kg.
  • 163     Anthocyanins, red, blue, violet (from plants)
  • 170     Calcium carbonate, white (failsafe)
  • 171     Titanium dioxide, white (failsafe)
  • 172     Iron oxide – red, black, yellow (failsafe)
  • 174     Silver
  • 181     Tannic acid, brown
  • Preservatives – sorbates
  • 200     Sorbic acid DIHINDARI
  • 201     Sodium sorbate DIHINDARI
  • 202     Potassium sorbate DIHINDARI
  • 203     Calcium sorbate DIHINDARI
  • Pengawet – benzoates
  • 210     Benzoic acid DIHINDARI
  • 211     Sodium benzoate DIHINDARI
  • 212     Potassium benzoate DIHINDARI
  • 213     Calcium benzoate DIHINDARI
  • 216    Propylparaben
  • 218     Methylparaben
  • Pengawet – sulphites (aka sulfites)
  • 220     Sulphur dioxide DIHINDARI
  • 221     Sodium sulphite DIHINDARI
  • 222     Sodium bisulphite DIHINDARI
  • 223     Sodium metabisulphite DIHINDARI
  • 224     Potassium metabisulphite DIHINDARI
  • 225     Potassium sulphite DIHINDARI
  • 228     Potassium bisulphite DIHINDARI
  • 234     Nisin
  • 235     Natamycin
  • 242     Dimethyl dicarbonate (bahan baru, belum ada pengklajian)
  • Pengawet – nitrates and nitrites            
  • 249     Potassium nitrite DIHINDARI
  • 250     Sodium nitrite DIHINDARI
  • 251     Sodium nitrate DIHINDARI
  • 252     Potassium nitrate DIHINDARI
  • Food acids
  • 260     Acetic acid
  • 261     Potassium acetate
  • 262     Sodium diacetate
  • 262     Sodium acetate
  • 263     Sodium acetate
  • 264     Ammonium acetate
  • 270     Lactic acid
  • Pengawet – propionates
  • 280     Propionic acid DIHINDARI
  • 281     Sodium propionate DIHINDARI
  • 282     Calcium propionate DIHINDARI
  • 283     Potassium propionate DIHINDARI
  • 290     Carbon dioxide (propellant)
  • 296     Malic acid (food acid)
  • 297     Fumaric acid (food acid)
  • Antioxidants
  • 300     Ascorbic acid (vitamin C)
  • 301     Sodium ascorbate
  • 302     Calcium ascorbate
  • 303     Potassium ascorbate
  • 304     Ascorbyl palmitate
  • 306     Mixed tocopherols (vitamin E)
  • 307     dl-a-Tocopherol
  • 308     g-Tocopherol
  • 309     d-Tocopherol
  • 310     Propyl gallate DIHINDARI
  • 311     Octyl gallate DIHINDARI
  • 312     Dodecyl gallate DIHINDARI
  • 315     Erythorbic acid
  • 316     Sodium erythorbate
  • 319     tert-Butylhydroquinone, tBHQ DIHINDARI
  • 320     Butylated hydroxyanisole, BHA DIHINDARI
  • 321     Butylated hydroxytoluene, BHT DIHINDARI
  • 322 Lecithin (emulsifier) Gallates and TBHQ, BHA and BHT. Antioxidants 300-309.
  • PENGASAM MAKANAN
  • 325     Sodium lactate
  • 326     Potassium lactate
  • 327     Calcium lactate
  • 328     Ammonium lactate
  • 329     Magnesium lactate
  • 330     Citric acid
  • 331     Sodium dihydrogen citrate
  • 331     Sodium citrate
  • 331     Sodium acid citrate
  • 332     Potassium citrates
  • 333     Calcium citrate
  • 334     Tartaric acid
  • 335     Sodium tartrate
  • 336     Potassium tartrate
  • 336     Potassium acid tartrate
  • 337     Potassium sodium tartrate
  • 338     Phosphoric acid
  • Garam mineral
  • 339     Sodium phosphates
  • 340     Potassium phosphates
  • 341     Calcium phosphates
  • 342     Ammonium phosphates
  • 343     Magnesium phosphates
  • Pengasam makanan Lainnya
  • 349     Ammonium malate
  • 350     DL-Sodium malates
  • 351     Potassium malate
  • 352     DL-Calcium malate
  • 353     Metatartaric acid
  • 354     Calcium tartrate
  • 355     Adipic acid
  • 357     Potassium adipate
  • 365     Sodium fumarate
  • 366     Potassium fumarate
  • 367     Potassium fumarate
  • 368     Ammonium fumarate
  • 375     Nicotinic acid, niacin (B vitamin)
  • 380     Triammonium citrate
  • 380     Ammonium citrate
  • 381     Ferric ammonium citrate
  • 385     Calcium disodium EDTA
  • Vegetables gums and thickeners
  • 400     Alginic acid
  • 401     Sodium alginate
  • 402     Potassium alginate
  • 403     Ammonium alginate
  • 404     Calcium alginate
  • 405     Propylene glycol alginate
  • 406     Agar agar, isinglass
  • 407     Carrageenan
  • 407a   Processed eucheuma seaweed
  • 409     Arabinogalactan
  • 410     Locust bean gum
  • 412     Guar gum
  • 413     Tragacanth
  • 414     Acacia
  • 415     Xanthan gum
  • 416     Karaya gum
  • 418     Gellan gum
  • Humectants
  • 420     Sorbitol
  • 421     Mannitol
  • 422     Glycerin (glycerol)
  • Emusifiers
  • 433     Polysorbate 80
  • 435     Polysorbate 60
  • 436     Polysorbate 65
  • 440     Pectin (also a vegetable gum)
  • 442     Ammonium salts of phosphatidic acid
  • 444     Sucrose acetate isobutyrate
  • GARAM MINERAL LAINNYA
  • 450     Sodium pyrophosphate
  • 450     Sodium acid pyrophosphate
  • 450     Potassium pyrophosphate
  • 451     Sodium tripolyphosphate
  • 451     Potassium tripolyphosphate
  • 452     Sodium polyphosphates, glassy
  • 452     Sodium metaphosphate, insoluble
  • 452     Potassium polymetaphosphate
  • 460     Cellulose microcrystalline and powdered (anti-caking agent)
  • BAHAN PENGERING
  • 461     Methylcellulose
  • 464     Hydroxypropyl methylcellulose
  • 465     Methyl ethyl cellulose
  • 466     Sodium carboxymethylcellulose
  • EMULSIFIER
  • 470     Magnesium stearate (emulsifier, stabiliser)
  • 471     Mono- and di-glycerides of fatty acids
  • 472a   Acetic and fatty acid esters of glycerol
  • 472b   Lactic and fatty acid esters of glycerol
  • 472c   Citric and fatty acid esters of glycerol
  • 472d   Tartaric and fatty acid esters of glycerol
  • 472e   Diacetyltartaric and fatty acid esters of glycerol
  • 473     Sucrose esters of fatty acids
  • 475     Polyglycerol esters of fatty acids
  • 476     Polyglycerol esters of interesterified ricinoleic acid
  • 477     Propylene glycol mono- and di-esters
  • 480     Dioctyl sodium sulphosuccinate
  • 481     Sodium stearoyl (or oleyl) lactylate
  • 482     Calcium stearoyl (or oleyl) lactylate
  • 491     Sorbitan monostearate
  • 492     Sorbitan tristearate
  • GARAM MINERAL
  • 500     Sodium carbonate
  • 500     Sodium bicarbonate
  • 501     Potassium carbonates
  • 503     Ammonium carbonate
  • 503     Ammonium bicarbonate
  • 504     Magnesium carbonate (anti-caking agent, mineral salt)
  • 507     Hydrochloric acid (acidity regulator)
  • 508     Potassium chloride
  • 509     Calcium chloride
  • 510     Ammonium chloride
  • 511     Magnesium chloride
  • 512     Stannous chloride (colour retention agent)
  • 514     Sodium sulphate (mineral salt)
  • 515     Potassium sulphate (mineral salt)
  • 516     Calcium sulphate (flour treatment agent, mineral salt)
  • 518     Magnesium sulphate (mineral salt)
  • 519     Cupric sulphate (mineral salt)
  • 526     Calcium hydroxide (mineral salt)
  • 529     Calcium oxide (mineral salt)
  • 535     Sodium ferrocyanide (anti-caking agent)
  • 536     Potassium ferrocyanide (anti-caking agent)
  • 541     Sodium aluminium phosphate, acidic (acidity regulator, emulsifier)
  • 542     Bone phosphate (anti-caking agent)
  • 551     Silicon dioxide (anti-caking agent)
  • 552     Calcium silicate (anti-caking agent)
  • 553     Talc (anti-caking agent)
  • 554     Sodium aluminosilicate (anti-caking agent)
  • 556     Calcium aluminium silicate (anti-caking agent)
  • 558     Bentonite (anti-caking agent)
  • 559     Kaolin (anti-caking agent)
  • 570     Stearic acid (anti-caking agent)
  • 575     Gluconod-lactone (acidity regulator)
  • 577     Potassium gluconate (stabiliser)
  • 578     Calcium gluconate (acidity regulator)
  • 579     Ferrous gluconate (colour retention agent)
  • BAHAN PENAMBAH RASA
  • 620     L-Glutamic acid DIHINDARI
  • 621     Monosodium L-glutamate (MSG) DIHINDARI AVOID
  • 622     Monopotassium L-glutamate DIHINDARI
  • 623     Calcium di-L-glutamate DIHINDARI
  • 624     Monoammonium L-glutamate DIHINDARI
  • 625     Magnesium di-L-glutamate DIHINDARI
  • 627     Disodium guanylate DIHINDARI
  • 631     Disodium inosinate DIHINDARI
  • 635     Disodium 5′-ribonucleotides DIHINDARI
  • 636     Maltol
  • 637     Ethyl maltol
  • 640     Glycine
  • 641     L-Leucine
  • BAHAN ADITIF LAINNYA
  • 900     Dimethylpolysiloxane (emulsifier, antifoaming agent, anti- caking agent)
  • 901     Beeswax, white and yellow (glazing agent)
  • 903     Carnauba wax (glazing agent)
  • 904     Shellac, bleached (glazing agent)
  • 905a   Mineral oil, white (glazing agent)
  • 905b   Petrolatum (glazing agent)
  • 914     Oxidised polyethylene (Humectant)
  • 920     L-Cysteine monohydrochloride (flour treatment agent)
  • 925     Chlorine (flour treatment agent)
  • 926     Chlorine dioxide (flour treatment agent)
  • 928     Benzoyl peroxide (flour treatment agent)
  • 941     Nitrogen (propellant)
  • 942     Nitrous oxide (propellant)
  • PEMANIS BUATAN
  • 950     Acesulphame potassium (artificial sweetening substance)
  • 951     Aspartame (Nutrasweet, Equal) (artificial sweetening substance) DIHINDARI
  • The safety of aspartame with regard to brain tumours and others is not proven. Aspartame in diet”, “lite” and “no added sugar” products may increase appetite thus failing to assist weight loss. There are reports of addiction. Not recommended. Sugar is a natural alternative. Artificial sweeteners in general are unnecessary, artificial and not recommended.
  • 952     Sodium cyclamate (artificial sweetening substance)
  • 952     Cyclamic acid (artificial sweetening substance)
  • 952     Calcium cyclamate (artificial sweetening substance)
  • 953     Isomalt (humectant)
  • 954     Sodium saccharin (artificial sweetening substance)
  • 954     Saccharin (artificial sweetening substance)
  • 954     Calcium saccharin (artificial sweetening substance)
  • 955     Sucralose (artificial sweetening substance)
  • 956     Alitame (artificial sweetening substance)
  • 957     Thaumatin (flavour enhancer, artificial sweetening substance)
  • 965     Maltitol and maltitol syrup (humectant, stabiliser)
  • 966     Lactitol (humectant)
  • 967     Xylitol (humectant, stabiliser)
  • 1001   Choline salts and esters (emulsifier)
  • 1100   Amylases (flour treatment agent)
  • 1101   Proteases (papain, bromelain, ficin) (flour treatment agent, stabiliser, flavour enhancer)
  • 1102   Glucose oxidase (antioxidant)
  • 1104   Lipases (flavour enchancer)
  • 1105   Lysozyme (preservative)
  • 1200   Polydextrose (Humectant)
  • 1201   Polyvinylpyrrolidone (stabiliser, clarifying agent, dispersing agent)
  • 1202   Polyvinylpolypyrrolidone (colour stabiliser)
  • Thickeners, vegetable gums
  • 1400   Dextrin roasted starch
  • 1401   Acid treated starch
  • 1402   Alkaline treated starch
  • 1403   Bleached starch
  • 1404   Oxidised starch
  • 1405   Enzyme-treated starches
  • 1410   Monostarch phosphate
  • 1412   Distarch phosphate
  • 1413   Phosphated distarch phosphate
  • 1414   Acetylated distarch phosphate
  • 1420   Starch acetate esterified with acetic anhydride
  • 1421   Starch acetate esterified with vinyl acetate
  • 1422   Acetylated distarch adipate
  • 1440   Hydroxypropyl starch
  • 1442   Hydroxypropyl distarch phosphate
  • 1450   Starch sodium octenylsuccinate
  • 1505   Triethyl citrate
  • 1518   Triacetin (humectant)
  • 1520   Propylene glycol (humectant)
  • 1521   Polyethylene glycol 8000 (antifoaming agent)
  • Food additives by name
  • Avoid additives in RED bold. Additives in italics are new and untested, avoid those also.
  • Name Code Number
  • Acacia (thickener, vegetable gum) 414
  • Acesulphame potassium (artificial sweetener) 950
  • Acetic acid, glacial (food acid) 260
  • Acetic and fatty acid esters of glycerol (emulsifier) 472a
  • Acetylated distarch adipate (thickener, vegetable gum) 1422
  • Acetylated distarch phosphate (thickener, vegetable gum) 1414
  • Acid treated starch (thickener, vegetable gum) 1401
  • Activated vegetable carbon (colouring) 153
  • Adipic acid (food acid) 355
  • Agar (thickener, vegetable gum) 406
  • Alginic acid (thickener, vegetable gum) 400
  • Alitame (artificial sweetening substance) 956
  • Alkaline treated starch (thickener, vegetable gum) 1402
  • Alkanet (colouring) 103
  • Allura red AC (CI 16035) (colouring) 129 DIHINDARI
  • Amaranth (colouring) 123 DIHINDARI
  • Ammonium acetate (food acid) 264
  • Ammonium alginate (thickener, vegetable gum) 403
  • Ammonium bicarbonate (mineral salt) 503
  • Ammonium carbonate (mineral salt) 503
  • Ammonium chloride (mineral salt) 510
  • Ammonium citrate (food acid) 380
  • Ammonium fumarate (food acid) 368
  • Ammonium lactate (food acid) 328
  • Ammonium malate (food acid) 349
  • Ammonium phosphates (mineral salt) 342
  • Ammonium salts of phosphatidic acid (emulsifier) 442
  • Amylases (flour treatment agent) 1100
  • Annatto extracts, bixin, norbixin (colouring) 160b DIHINDARI
  • Anthocyanins (colouring) 163
  • Arabinogalactan (thickener, vegetable gum) 409
  • Ascorbic acid (antioxidant) 300
  • Ascorbyl palmitate (antioxidant) 304
  • Aspartame (Nutrasweet, Equal) (artificial sweetening substance) 951 DIHINDARI
  • Azorubine, carmoisine (colouring) 122 DIHINDARI
  • Beeswax, white and yellow (glazing agent) 901
  • Beet red (colouring) 162
  • Bentonite (anti-caking agent) 558
  • Benzoic acid (preservative) 210 DIHINDARI
  • Benzoyl peroxide (flour treatment agent) 928
  • Bleached starch (thickener, vegetable gum) 1403
  • Bone phosphate (anti-caking agent) 542
  • Brilliant black BN (colouring) 151 DIHINDARI
  • Brilliant blue FCF (colouring) 133 DIHINDARI
  • Brown HT, chocolate brown (colouring) 155 DIHINDARI
  • Butylated hydroxyanisole (antioxidant) 320 DIHINDARI
  • Butylated hydroxytoluene (antioxidant) 321 DIHINDARI
  • tert-Butylhydroquinone (antioxidant) 319 DIHINDARI
  • Calcium acetate (food acid) 263
  • Calcium alginate (thickener, vegetable gum) 404
  • Calcium aluminium silicate (anti-caking agent) 556
  • Calcium ascorbate (antioxidant) 302
  • Calcium benzoate (preservative) 213 DIHINDARI
  • Calcium carbonate (mineral salt, colouring) 170
  • Calcium chloride (mineral salt) 509
  • Calcium citrate (food acid) 333
  • Calcium cyclamate (artificial sweetening substance) 952
  • Calcium disodium EDTA (preservative) 385
  • Calcium fumarate (food acid) 367
  • Calcium hydroxide (mineral salt) 526
  • Calcium gluconate (acidity regulator) 578
  • Calcium di-L-glutamate (flavour enhancer) 623 DIHINDARI
  • Calcium lactate (food acid) 327
  • DL-Calcium malate (food acid) 352
  • Calcium oleyl lactylate (emulsifier) 482
  • Calcium oxide (mineral salt) 529
  • Calcium phosphates (mineral salt) 341
  • Calcium propionate (preservative) 282 DIHINDARI
  • Calcium saccharin (artificial sweetening substance) 954
  • Calcium silicate (anti-caking agent) 552
  • Calcium sorbate (preservative) 203 DIHINDARI
  • Calcium stearoyl lactylate (emulsifier) 482
  • Calcium sulphate (flour treatment agent, mineral salt) 516
  • Calcium tartrate (food acid) 354
  • Caramel (colouring) 150
  • Carbon blacks (colouring) 153
  • Carbon dioxide (propellant) 290
  • Carmines (colouring) 120
  • Carnauba wax (glazing agent) 903
  • b-apo-8′ Carotenal (colouring) 160e
  • b-Carotene (colouring) 160a
  • Carotene, others (colouring) 160
  • b-apo-8′ Carotenoic acid methyl or ethyl ester (colouring) 160f
  • Carrageenan (thickener, vegetable gum) 407
  • Cellulose microcrystalline and powdered (anti-caking agent) 460
  • Chlorine (flour treatment agent) 925
  • Chlorine dioxide (flour treatment agency) 926
  • Chlorophyll (colouring) 140
  • Chlorophyll-copper complex (colouring) 141
  • Choline salts and esters (emulsifier) 1001
  • Citric acid (food acid) 330
  • Citric and fatty acid esters of glycerol (emulsifier) 472c
  • Cochineal (CI 75470) (colouring) 120
  • Cupric sulphate (mineral salt) 519
  • Curcumin (colouring) 100
  • Cyclamic acid (artificial sweetening substance) 952
  • L-Cysteine monohydrochloride (flour treatment agent) 920
  • Dextrin roasted starch (thickener, vegetable gum) 1400
  • Diacetyltartaric and fatty acid esters of glycerol (emulsifier) 472e
  • Dimethyl dicarbonate (preservative) 242
  • Dimethylpolysiloxane (emulsifier, antifoaming agent, anti-caking agent) 900
  • Dioctyl sodium sulphosuccinate (emulsifier) 480
  • Disodium guanylate (flavour enhancer) 627 DIHINDARI
  • Disodium inosinate (flavour enhancer) 631 DIHINDARI
  • Disodium 5′!-ribonucleotides (flavour enhancer) 635 DIHINDARI
  • Distarch phosphate (thickener, vegetable gum) 1412
  • Dodecyl gallate (antioxidant) 312
  • Enzyme-treated starches (thickener, vegetable gum) 1405
  • Erythorbic acid (antioxidant) 315
  • Erythrosine (colouring) 127 DIHINDARI
  • Ethyl maltol (flavour enhancer) 637
  • Ferric ammonium citrate (food acid) 381
  • Ferrous gluconate (colour retention agent) 579
  • Food green S, acid brilliant green (colouring) 142 DIHINDARI
  • Fumaric acid (food acid) 297
  • Gellan gum (thickener, vegetable gum) 418
  • Glucono G-lactone (acidity regulator) 575
  • Glucose oxidase (antioxidant) 1102
  • L-Glutamic acid (flavour enhancer) 620 DIHINDARI
  • Glycerin (humectant) 422
  • Glycine (flavour enhancer) 640
  • Guar gum (thickener, vegetable gum) 412
  • Hydrochloric acid (acidity regulator) 507
  • Hydrolysed vegetable protein (HVP), hydrolysed plant protein (HPP), yeast extract contain MSG DIHINDARI
  • Hydroxypropyl distarch phosphate (thickener, vegetable gum) 1442
  • Hydroxypropyl methylcellulose (thickener, vegetable gum) 464
  • Hydroxypropyl starch (thickener, vegetable gum) 1440
  • Indigotine, indigo carmine (colouring) 132 DIHINDARI
  • Iron oxide (black, red, yellow) (colouring) 172
  • Isomalt (humectant) 953
  • Karaya gum (thickener, vegetable gum) 416
  • Kaolin (anti-caking agent) 559
  • Lactic acid (food acid) 270
  • Lactic and fatty acid esters of glycerol (emulsifier) 472b
  • Lactitol (humectant) 966
  • Lecithin (antioxidant, emulsifier) 322
  • L-Leucine (flavour enhancer) 641
  • Lipases (flavour enchancer) 1104
  • Locust bean gum (thickener, vegetable gum) 410
  • Lysozyme (preservative) 1105
  • Magnesium carbonate (anti-caking agent, mineral salt) 504
  • Magnesium chloride (mineral salt) 511
  • Magnesium di-L-glutamate (flavour enhancer) 625 DIHINDARI
  • Magnesium lactate (food acid) 329
  • Magnesium phosphates (mineral salt) 343
  • Magnesium stearate (emulsifier, stabiliser) 470
  • Magnesium sulphate (mineral salt) 518
  • Malic acid (food acid) 296
  • Maltitol and maltitol syrup (humectant, stabiliser) 965
  • Maltol (flavour enhancer) 636
  • Mannitol (humectant) 421
  • Metatartaric acid (food acid) 353
  • Methyl ethyl cellulose (thickener, vegetable gum) 465
  • Methylcellulose (thickener, vegetable gum) 461
  • Methylparaben (preservative) 218
  • Mineral oil, white (glazing agent) 905a
  • Mono- and di-glycerides of fatty acids (emulsifier) 471
  • Monoammonium L-glutamate (flavour enhancer) 624 DIHINDARI
  • Monopotassium L-glutamate (flavour enhancer) 622 DIHINDARI
  • Monosodium L-glutamate MSG (also in hydrolysed vegetable protein HVP) (flavour enhancer) 621 DIHINDARI
  • Monostarch phosphate (thickener, vegetable gum) 1410
  • Natamycin (preservative) 235
  • Niacin (colour retention agent) 375
  • Nisin (preservative) 234
  • Nitrogen (propellant) 941
  • Nitrous oxide (propellant) 942
  • Octyl gallate (antioxidant) 311 DIHINDARI
  • Oxidised polyethylene (Humectant) 914
  • Oxidised starch (thickener, vegetable gum) 1404
  • Pectin (vegetable gum) 440
  • Petrolatum (glazing agent) 905b
  • Phosphated distarch phosphate (thickener, vegetable gum) 1413
  • Phosphoric acid (food acid) 338
  • Polydextrose (Humectant) 1200
  • Polyethylene glycol 8000 (antifoaming agent) 1521
  • Polyglycerol esters of fatty acids (emulsifier) 475
  • Polyglycerol esters of interesterified ricinoleic acid (emulsifier) 476
  • Polysorbate 60 (emulsifier) 435
  • Polysorbate 65 (emulsifier) 436
  • Polysorbate 80 (emulsifier) 433
  • Polyvinylpolypyrrolidone (colour stabiliser) 1202
  • Polyvinylpyrrolidone (stabiliser, clarifying agent, dispersing agent) 1201
  • Ponceau 4R, brilliant scarlet (colouring) 124 DIHINDARI
  • Potassium acetate (food acid) 261
  • Potassium acid tartrate (food acid) 336
  • Potassium adipate (food acid) 357
  • Potassium alginate (thickener, vegetable gum) 402
  • Potassium ascorbate (antioxidant) 303
  • Potassium benzoate (preservative) 212 DIHINDARI
  • Potassium bisulphite (preservative) 228 DIHINDARI
  • Potassium carbonates (mineral salt) 501
  • Potassium chloride (mineral salt) 508
  • Potassium citrates (food acid) 332
  • Potassium ferrocyanide (anti-caking agent) 536
  • Potassium fumarate (food acid) 366
  • Potassium gluconate (stabiliser) 577
  • Potassium lactate (food acid) 326
  • Potassium malate (food acid) 351
  • Potassium metabisulphite (preservative) 224 DIHINDARI
  • Potassium nitrate (preservative, colour fixative) 252 DIHINDARI
  • Potassium nitrite (preservative, colour fixative) 249 DIHINDARI
  • Potassium phosphates (mineral salt) 340
  • Potassium polymetaphosphate (mineral salts) 452
  • Potassium propionate (preservative) 283 DIHINDARI
  • Potassium pyrophosphate (mineral salts) 450
  • Potassium sodium tartrate (food acid) 337
  • Potassium sorbate (preservative) 202 DIHINDARI
  • Potassium sulphate (mineral salt) 515
  • Potassium sulphite (preservative) 225 DIHINDARI
  • Potassium tartrate (food acid) 336
  • Potassium tripolyphosphate (mineral salt) 451
  • Processed eucheuma seaweed (thickener, vegetable gum) 407a
  • Propionic acid (preservative) 280 DIHINDARI
  • Propyl gallate (antioxidant) 310 DIHINDARI
  • Propylene glycol (humectant) 1520
  • Propylene glycol alginate (thickener, vegetable gum) 405
  • Propylene glycol mono- and di-esters (emulsifier) 477
  • Propylparaben (preservative) 216
  • Proteases (papain, bromelain, ficin) (flour treatment agent, stabiliser, flavour enhancer) 1101
  • Quinoline yellow (CI 47005) (colouring) 104 DIHINDARI
  • Red 2G (colouring) 128 DIHINDARI
  • Riboflavin (colouring) 101
  • Riboflavin 5′!-phosphate sodium (colouring) 101
  • Saccharin (artificial sweetening substance) 954
  • Shellac, bleached (glazing agent) 904
  • Silicon dioxide (anti-caking agent) 551
  • Silver (colouring) 174
  • Sodium acetate (food acid) 262
  • Sodium acid citrate (food acid) 331
  • Sodium acid pyrophosphate (mineral salt) 450
  • Sodium alginate (thickener, vegetable gum) 401
  • Sodium aluminium phosphate, acidic (acidity regulator, emulsifier) 541
  • Sodium aluminosilicate (anti-caking agent) 554
  • Sodium ascorbate (antioxidant) 301
  • Sodium benzoate (Preservative) 211 DIHINDARI
  • Sodium bicarbonate (mineral salt) 500
  • Sodium bisulphite (preservative) 222 DIHINDARI
  • Sodium carbonate (mineral salt) 500
  • Sodium carboxymethylcellulose (thickener, vegetable gum) 466
  • Sodium citrate (food acid) 331
  • Sodium cyclamate (artificial sweetening substance) 952
  • Sodium diacetate (food acid) 262
  • Sodium dihydrogen citrate (food acid) 331
  • Sodium erythorbate (antioxidant) 316
  • Sodium ferrocyanide (anti-caking agent) 535
  • Sodium fumarate (food acid) 365
  • DL-Sodium malates (food acid) 350
  • Sodium lactate (food acid) 325
  • Sodium metabisulphite (preservative) 223 DIHINDARI
  • Sodium metaphosphate, insoluble (mineral salt) 452
  • Sodium nitrate (preservative, colour fixative) 251 DIHINDARI
  • Sodium nitrite (preservative, colour fixative) 250 DIHINDARI
  • Sodium phosphates (mineral salt) 339
  • Sodium polyphosphates, glassy (mineral salt) 452
  • Sodium propionate (preservative) 281 DIHINDARI
  • Sodium pyrophosphate (mineral salt) 450
  • Sodium saccharin (artificial sweetening substance) 954
  • Sodium sorbate (preservative) 201 DIHINDARI
  • Sodium stearoyl lactylate (emulsifier) 481
  • Sodium sulphate (mineral salt) 514
  • Sodium sulphite (preservative) 221 DIHINDARI
  • Sodium tartrate (food acid) 335
  • Sodium tripolyphosphate (mineral salt) 451
  • Sorbic acid (preservative) 200 DIHINDARI
  • Sorbitan monostearate (emulsifier) 491
  • Sorbitan tristearate (emulsifier) 492
  • Sorbitol (humectant) 420
  • Stannous chloride (colour retention agent) 512
  • Starch acetate esterified with acetic anhydride (thickener, vegetable gum) 1420
  • Starch acetate esterified with vinyl acetate (thickener, vegetable gum) 1421
  • Starch sodium octenylsuccinate (thickener, vegetable gum) 1450
  • Stearic acid (anti-caking agent) 570
  • Sucralose (artificial sweetening substance) 955
  • Sucrose acetate isobutyrate (emulsifier, stabiliser) 444
  • Sucrose esters of fatty acids (emulsifier) 473
  • Sulphur dioxide (preservative) 220 DIHINDARI
  • Sunset yellow FCF (colouring) 110 DIHINDARI
  • Talc (anti-caking agent) 553
  • Tannic acid (colouring) 181
  • Tartaric acid (food acid) 334
  • Tartaric and fatty acid esters of glycerol (emulsifier) 472d
  • Tartrazine (colouring) 102 DIHINDARI
  • Thaumatin (flavour enhancer, artificial sweetening substance) 957
  • Titanium dioxide (colouring) 171
  • dl-a-Tocopherol (antioxidant) 307
  • d-Tocopherol (antioxidant) 309
  • g-Tocopherol (antioxidant) 308
  • Tocopherols concentrate, mixed (antioxidant) 306
  • Tragacanth (thickener, vegetable gum) 413
  • Triacetin (humectant) 1518
  • Triammonium citrate (food acid) 380
  • Triethyl citrate (thickener, vegetable gum) 1505
  • Turmeric (colouring) 100
  • Xanthan gum (thickener, vegetable gum) 415
  • Xylitol (humectant, stabiliser) 967
  • Xanthophylls (colouring)
  • 161
  • Yellow 2G (colouring) 107 DIHINDARI