BIOGRAFI
BAB I
Pendahuluan
Latar belakang masalah
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kahlil Gibran, atau Gibran Khalil Gibran, adalah seorang penyair yang
sudah sangat mendunia. Saya menulis biografi tentang beliau, dikarenakan
saya mengetahui kehebatan beliau akan menulis karya sastra. Kehebatan
beliau dalam merangkai kata-kata begitu mengaggumkan dan menurut saya,
siapa saja yang membaca karyanya akan terpukau, kata-katanya seakan
terkena sihir, begitu indah sehingga pembaca pun terhanyut dalam
permainan kata-kata dari sang penyair legendaris tersebut. Jadi, latar
belakang saya menulis biografi tentang Kahlil gibran adalah untuk
memberikan kepada pembaca tentang eksitensi dan pengaruh beliau
terhadap kehidupan sastra pada zaman dahulu.
Rumusan masalah
• Siapa kahlil gibran?
• Bagaimana perjalanan hidup beliau?
• Seberapa lama beliau terjun dalam dunia sastra/penyair?
• Penghargaan apap saja yang pernah beiau terima?
• Kapan beliau wafat?
Tujuan
Tujuan saya dalam membuat biografi ini adalah supaya pembaca mengenal dan mengetahui siapa itu Kahlil Gibran.
Manfaat/kegunaan penulisan
Saya berharap biografi ini dapat membantu pembaca dalam mengenal dan
mengetahui lebih jauh tentang siapa itu Kahlil Gibran. Dan semoga
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca tentang karya sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
Kahlil Gibran (juga dieja Khalil Gibran; lahir Gibran Khalil Gibran,
bahasa Arab: جبران خليل جبران, (6 Januari 1883 – 10 April 1931) adalah
seorang seniman, penyair, dan penulis Lebanon Amerika. Ia lahir di
Lebanon (saat itu masuk Provinsi Suriah di Khilafah Turki Utsmani) dan
menghabiskan sebagian besar masa produktifnya di Amerika Serikat.
Kehidupan awal
Kahlil Gibran lahir di Basyari, Libanon dari keluarga katholik-maronit.
(Bsharri) sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi [[badai]],
[[gempa]] serta [[petir]]. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah
terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang
nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran
pindah ke [[Boston, Massachusetts]], Amerika Serikat. Tak heran bila
kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak
dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika
Serikat pada akhir [[abad ke-19]]. Keceriaan Gibran di bangku sekolah
umum di [[Boston]], diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan
gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses
Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah
itu dia kembali ke [[Beirut]], di mana dia belajar di Madrasah
Al-Hikmat sejak tahun [[1898]] sampai [[1901]].
[[Berkas:Khali Gibran.jpg|thumb|Foto Kahlil Gibran oleh [[Fred Holland Day]], skt. 1898.]]
Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa
depannya mulai terbentuk. [[Kesultanan Usmaniyah]] yang sudah lemah,
sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita [[Asia Barat]]
yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian
dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun
ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi
inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk
mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan
untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di [[Paris]] dari tahun 1901 hingga
[[1902]]. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya,
“Spirits Rebellious” ditulis di Boston dan diterbitkan di [[New York
City]], yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang
menyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran
menerima hukuman berupa pengucilan dari [[gereja Maronit]]. Akan
tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan
dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran
menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah
menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15
tahun, Sultana, meninggal karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko
yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal
karena [[TBC]]. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah
meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih
tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya.
Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara
bulan [[Maret]] dan [[Juni]] tahun [[1903]]. Gibran dan adiknya lantas
harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha
keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai
penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil
menjahit di Miss Teahan’s Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran
dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang
karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang
wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal
memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari
tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian
Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West
Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih
pembiayaan keluarganya.
=== Amerika Serikat ===
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran
bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan
yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 “Broken Wings” telah diterbitkan dalam Bahasa Arab.
Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya.
Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum
akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang [[uskup]] yang
oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai [[otobiografi]]nya.
Pengaruh “Broken Wings” terasa sangat besar di [[dunia Arab]] karena di
sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan
mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang
memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam
perkawinan. Cetakan pertama “Broken Wings” ini dipersembahkan untuk Mary
Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada
tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus
menyempurnakan penguasaan [[bahasa Inggris]]nya dan mengembangkan
kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi
seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat [[Suriah
Amerika|Suriah]] yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup.
[[Pierre Loti]], seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan
dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat
mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk
mengagumi kehebatan Barat.
Karya dan kepengarangan
Sebelum tahun [[1918]], Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya
dalam bahasa Inggris, “The Madman”, “His Parables and Poems”.
Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam “The Madman”. Setelah
“The Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah “Twenty
Drawing”, 1919; “The Forerunne”, [[1920]]; dan “[[Sang Nabi]]” pada
tahun [[1923]], karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami
dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di
Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan
kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris
pada tahun [[1918]]-[[1922]].
Sebelum terbitnya “Sang Nabi”, hubungan dekat antara Mary dan Gibran
mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya
dari [[Georgia, Amerika Serikat|Georgia]]. Ia menawarkan pada Mary
sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab
pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai
dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan
mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak
yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina
hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan
jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima
Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang
dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini
merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi
Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara
Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca “Sang Nabi”. Barbara Young
sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru
bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut
aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan “Sand and Foam” tahun [[1926]], dan “Jesus the Son
of Man” pada tahun [[1928]]. Ia juga membacakan naskah drama
tulisannya, “Lazarus” pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran
menyelesaikan “The Earth Gods” pada tahun 1931. Karyanya yang lain “The
Wanderer”, yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama
pada tahun [[1932]], setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain
“The Garden of the Propeth”.
Macam-macam karya Kahlil Gibran
• “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada…” (Kahlil Gibran)
• Bila cinta memanggilmu, turutilah bersamanya
Kendati jalan yang mesti engkau sangat keras dan terjal
Ketika sayap-sayapnya merangkulmu, maka berserah dirilah padanya
Sekalipun pedang-pedang yang bersemayam di balik sayap-sayap itu
barangkali akan melukaimu. Ketika ia bertututr kepadamu, maka percayalah
padanya. Walaupun suaranya akan memporandakan mimpi-mimpimu laksana
angin utara yang meluluh-lantakkan tetanaman. Cinta akan memahkotai dan
menyalibmu. Menyuburkan dan mematikanmu. Membubungkanmu terbang tinggi,
mengelus pucuk-pucuk rerantinganmu yang lentik dan menerbangkanmu ke
wajah matahari. Namun cinta juga akan mencekik dan menguru-uruk
akar-akarmu sampai tercabut dari perut bumi. Serupa dengan sekantong
gandum, cinta menyatukan dirimu dengan dirinya. Melolosmu sampai engkau
bugil bulat. Mengulitimu sampai engkau terlepas dari kulit luarmu.
Melumatmu untuk memutihkanmu. Meremukkanmu sampai engkau menjelma liat
Lantas, Cinta akan membopongmu ke kobar api sucinya. Sampai engkau
berubah menjadi roti yang disuguhkan dalam suatu jamuan agung kepada
Tuhan. Cinta melakukan semua itu hanya untukmu sampai engkau berhasil
menguak rahasia hatimu sendiri. Agar dalam pengertianmu itu engkau
sanggup menjadi bagian dari kehidupan. Jangan sekali-kali engkau ijinkan
ketakutan bersemayam di hatimu. Supaya engkau tidak memperbudak cinta
hanya demi meraup kesenangan. Sebab memang akanjauh lebih mulia bagimu.
Untuk segera menutupi aurat bugilmu dan meninggalkan altar pemujaan
cinta. Memasuki alam yang tak mengenal musim. Yang akan membuatmu bebas
tersenyum, tawa yang bukan bahak, hingga engkaupun akan menangis, air
mata yang bukan tangisan. Cinta tak akan pernah menganugerahkan apa pun
kecuali wujudnya sendiri. Dan tidak sekali-kali menuntut apapun kecuali
wujudnya sendiri itu pula. Cinta tidak pernah menguasai dan tidak
pernah dikuasai. Lantaran cinta terlahir hanya demi cinta. Manakala
engkau bercinta, jangan pernah tuturkan “Tuhan bersemayam di dalam
lubuk hatiku.”. Namun ucapkanlah “Aku tengah bersemayam di dalam lubuk
hati Tuhan.”. Jangan pula engkau mengira bahwa engkau mampu menciptakan
jalanmu sendiri.. Sebab hanya dengan seijin cintalah jalanmu akan
terkuak. Cinta tidak pernah mengambisikan apapun kecuali pemuasan
dirinya sendiri. Tetapi bila engkau mencintai dan terpaksa mesti
menyimpan hasrat, maka jadikanlah hasratmu seperti ini. Melumatkan diri
dan menjelma anak-anak sungai yang gemericik mengumandangkan tembang ke
ranjang malam. Memahami nyerinya rasa kelembutan. Berdarah oleh
pandanganmu sendiri terhadap cinta. Menanggung luka dengan hati yang
penuh tulus nan bahagia. Bangkit di kala fajar dengan hati mengepakkan
sayap-sayap
Dan melambaikan rasa syukur untuk limpahan hari yang berbalur cinta.
Merenungkan muara-muara cinta sambil beristirahat di siang hari. Dan
kembali di kala senja dengan puja yang menyesaki rongga hati. Lantas,
engkaupun berangkat ke peraduanmu dengan secarik doa. Yang disulurkan
kepada sang tercinta di dalam hatimu. Yang diiringi seuntai irama pujian
yang meriasi bibirmu.
• Penyiksaan tidak membuat manusia tak bersalah jadi menderita:
penindasan pun tak dapat menghancurkan manusia yang berada di pihak
Kebenaran: Socrates tersenyum ketika disuruh minum racun, dan Stephen
tersenyum ketika dihujani dengan lemparan batu. Yang benar-benar
menyakitkan hati ialah kesedaran kita yang menentang penyiksaan dan
penindasan itu, dan terasa pedih bila kita mengkhianatinya.
Contoh salah satu buku karya Kahlil Gibran (Sayap-Sayap Patah)
Wahai langit …. Tanyakan pada-Nya Mengapa Dia menciptakan sekeping
hati ini …. Begitu rapuh dan mudah terluka …. Saat dihadapkan dengan
duri-duri cinta Begitu kuat dan kokoh …. Saat berselimut cinta dan asa
…. Mengapa Dia menciptakan rasa sayang dan rindu di dalam hati ini ….
Mengisi kekosongan di dalamnya Menyisakan kegelisahan akan sosok sang
kekasih Menimbulkan segudang tanya …. Menghimpun berjuta asa ….
Memberikan semangat juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira ….
Mengapa Dia menciptakan kegelisahan dalam jiwa …. Menghimpit bayangan
…. Menyesakkan dada …. Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa ….
Wahai ilalang …. Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini ?
Mengapa kau hanya diam …. Katakan padaku …. Sebuah kata yang bisa
meredam gejolak jiwa ini …. Sesuatu yang dibutuhkan raga ini …. Sebagai
pengobat rasa sakit yang tak terkendali …. Desiran angin membuat
berisik dirimu ….
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku …. Aku tak tahu apa maksudmu
…. Hanya menduga …. Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit
sana …. Menunggumu dengan setia …. Menghargai apa arti cinta …. Hati
terjatuh dan terluka …. Merobek malam menoreh seribu duka …. Kukepakkan
sayap – sayap patahku …. Mengikuti hembusan angin yang berlalu ….
Menancapkan rindu …. Di sudut hati yang beku …. Dia retak, hancur bagai
serpihan cermin …. Berserakan …. Sebelum hilang diterpa angin ….
Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati …. Bercampur
baur dengan debu …. Ingin ku rengkuh …. Ku gapai kepingan di sudut hati
…. Hanya bayangan yang ku dapat …. Ia menghilang saat mentari turun
dari peraduannya …. Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini …. Ia
telah patah …. Tertusuk duri yang tajam …. Hanya bisa meratap ….
Meringis …. Mencoba menggapai sebuah pegangan ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar